Bunga yang kau ambil dari taman
Kau simpan di bawah bantal
Agar wanginya memenuhi kamar
Yang terkunci rapat sepanjang malam
Untuk siapa bungamu
Mulutmu rapat tersenyum
Tapi seraut wajah dalam kalbu
Terlukis dalam gurat alis matamu
Walau takkan pernah bertemu
Hatimu tetap berusaha merindu
Lalu kau pun tertawa-tawa
Sambil memegang segelas anggur merona
Dan segelas lagi kau tuang bagiku
Di malam hari yang berdebu
Tepian sungai bernyanyi menderu-deru
Oleh siraman hujan pinggir pegunungan yang berbatu dan bisu
Kuminum anggur merah dalam gelas di tanganku
Sempat saja kau tumpahkan di bajuku hingga basah
Dalam hitungan gelas ketiga
Semalaman telah membuatku tertidur
Tak ingat kemana waktu menderu
Tak tahu kemana waktu yang berdebu itu berlalu
Kau pergi meninggalkan tubuhku yang merana
Kepala yang berkunang-kunang dan badan yang pegal-pegal
Pakaian berserakan di lantai dingin
Dan udara juga dingin
Dimana kau!
Kemana kau!
Hilang ditelan bumi!
Pintu membisu rapat terkunci
Dimana kau!
Kemana kau!
Hilang ditelan bumi!
Jendela berangin membuatku berpaling
Dan orang-orang di jalan masih berlalu lalang seperti biasa
Rupanya kau meninggalkanku bersama tembok dari batu yang perkasa
Walau termakan usia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar